Dion Indonesian Idol: Pernah Jadi Sales Motor dan Jadi Sopir
Dion Idol
Satu finalis Indonesian Idol 2012
yang cukup menyita perhatian juri dan masyarakat adalah Dionisius Agung
Subagyo yang kerap disapa Dion. Namanya mulai dikenal karena potensi
terpendam dalam dirinya yang mulai terungkap. Suara dan parasnya yang
menawan patut membawanya hingga sepuluh besar terbaik Indonesian Idol
2012.
Prestasi yang diraih pria kelahiran Temanggung, 30 April 1986
tersebut tidak dicapai dengan cara instan. Dukungan, didikan dan
dorongan dari keluarga ternyata adalah salah satu kunci dibalik prestasi
yang membuat keberhasilannya.
Tribun Jogja berkunjung ke rumah Dion di komplek perumahan Griya
Sokaraja Permai, Purwokerto. Lucia mengizinkan Tribun Jogja masuk dan
berbincang ringan bersama Lucia dan suaminya yang tidak lain adalah ayah
Dion, Untung Subagyo.
Mengawali cerita, ayah Dion, Untung Subagyo mengatakan bahwa Dion
sering berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti Ayahnya yang mempunyai
pekerjaan sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil waktu Itu.
"Dulu sering pindah-pindah mas, Dion lahir di Temanggung, TK di
Magelang, SD di Jogja, SMP Pekalongan dan SMA sampai sekarang di
Purwokerto," kata Untung.
Sejak kecil Dion sudah dididik oleh ayahnya untuk selalu selalu
disiplin. Hal itu tercermin ketika Dion diajak ayahnya bermain tenis.
Bahkan dari olahraga itu, Dion sempat menjadi juara tenis tingkat daerah
dan provinsi.
"Dulu awalnya Dion hanya ikut saya bermain tenis, saya lihat dia
berbakat, lalu saya melatihnya dengan santai tapi tetap menjunjung
disiplin tinggi," tambah Untung.
Disiplin yang dimaksudnya adalah tertib ketika ada jadwal latihan dan
tertib ketika harus beristirahat. Sempat suatu hari Dion mengikuti
kejuarann tenis tetapi orang tuanya tidak mampu membelikannya raket
khusus anak. Jadi mau tidak mau Dion harus memakai raket milik orang
dewasa yang ukurannya lebih panjang dan lebih barat.
"Bahkan dulu saya mengantar Dion dari Pemalang ke Jogja untuk ikut
kejuaraan tenis naik motor sambil membawa peralatan tenis, padahal
peserta yang lain naik mobil," tutur Untung.
Hingga Dion dewasa pun, ia tidak pernah bersikap manja kepada kedua
orang tuanya. Ia terbilang pendiam dan sedikit bicara. "Dion itu anaknya
pendiam, bicara kalau seperlunya saja," sela Lucia, ibu Dion.
Sikap Dion yang pendiam tidak lantas menjadikannya tidak punya teman.
Dion justru mempunyai banyak teman sejak ia sekolah hingga ia kuliah
Manajemen Informatika di salah satu perguruan tinggi di Purwokerto.
Ketika kuliah, sikap kemandirian Dion semakin tampak. Meskipun jarak
kampusnya tidak terlalu jauh dari rumahnya namun Dion memilih mengontrak
sebuah rumah bersama teman-teman kampus dan band-nya.
Dion jarang pulang bukan tidak beralasan. Sambil kuliah, Dion telah
memulai berbagai usaha untuk mendatangkan uang tanpa harus meminta orang
tua, padahal jika dilihat, kini orang tua Dion termasuk kecukupan.
Dari penuturan ayahnya, Dion telah mencoba berbagai bisnis dan
pekerjaan, dimulai dari sales sepeda motor, sopir, jasa foto ketika
wisuda dan manggung ke berbagai tempat bersama band-nya.
"Kesibukan Dion itu sangat positif, malah bisa mendatangkan uang,
saya jadi ikut bangga, mungkin berawal dari kerja kerasnya itulah dia
bisa sampai masuk sepuluh besar," kata Untung.
Menurut Lucia, hal yang unik dari putranya adalah bahwa Dion suka
memberi kejutan. Pernah suatu ketika Lucia ulang tahun, ia diberi kue
oleh Dion, padahal sebelumnya Dion diam saja. Dion juga pernah
memberikan bunga kepada Lucia ketika hari ibu.
Di mata tetangga, Dion dan keluarga termasuk disenangi. Keluarga Dion
dikenal sebagai keluarga yang ramah dan gemar berkegiatan sosial.
"Mas Dion itu orangnya pendiam tapi ramah, kalau lewat depan rumah
saya pasti tersenyum sambil menyapa saya," kata Pujiati, tetangga Dion.